Sabtu, 04 Juni 2011

SEJARAH PURA KEBONTINGGUH

PENINGGALAN KERAJAAN TABANAN



Pura Dalem Purwa Kub
ontingguh berlokasi di Desa Adat Kubontingguh, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan – Kabupaten Tabanan. Lokasi tersebut di pinggiran kota Tabanan, di lereng jurang/kali/sungai. Mencapai lokasi Pura dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu :

  1. Dari jantung kota Tabanan tepatnya diperempatan kantor Bupati Tabanan menuju ke arah utara hingga kebendesaan Denbantas. Dusun Bakisan belok kiri menuju arah barat, kemudian turun menuju lembah sungai hingga sampai dilokasi Pura.
  2. Selain itu juga dapat ditempuh melalui dusun Tuakilang ke utara sampai di terminal Tuakilang belok ke kanan menuju dusun Kubontingguh sampai di lokasi Pura.
Jarak dari kota Tabanan ke lokasi Pura dari dua arah yang dimaksud adalah hampir sama + 2,5 km. Jarak dari kota Provinsi Bali ( Denpasar ) 24,5 km.

Batas-batas lokasi Pura adalah :
  • Disebelah utara jalan raya Adat Kubontingguh
  • Disebelah timur dibatasi oleh kali atu sungai
  • Disebelah selatan Persawahan subak uma tegal
  • Disebelah barat tegalan pribadi milik masyarakat setempat.
Secara Geografis Daerah ini merupakan dataran dengan ketinggian antara 100 – 150 meter di atas permukaan air laut. Tanah di Daerah ini merupakan endapan Tufa Beratan Purba. Dilihat dari vegetasi yang berkembang umumnya berupa tanaman padi, kopi, cengkeh, pisang dan beberapa jenis tanaman berumur panjang seperti enau, bambu, nangka dan kelapa. Secara Astronomislokasi ini terletak pada koordinat 115 derajat 19’15”BT. 8 derajat 9’14”LS.


SEJARAH PURA KEBON TINGGUH


Secara tertulis dalam babad Arya Tabanan koleksi Gedong Kirtya Singaraja tertulis tentang Pura Dalem Purwa Kubontingguh, disebutkan bahwa salah seorang keturunan Arya Kenceng yang berstana di Pucangan yang bergelarSri-Magadanata, lazim disebut Arya Ngurah Tabanan melakukan kesalahan membelai rambut Putra Mahkota Dalem. Akibat kesalahan ini ia di utus ke Majapahit untuk mengetahui keadaan di sana karena huru hara. Lebih jelasnya berikut disajikan kutipan babad Arya Ngurah Tabanan.

  • “Kunang Sri Magadanatha wyadin Arya Ngurah Tabanan, inutus uminter maring Majapahit, amretyaksoken Ratu wilwatikta, tan wasiteng awan mwang pangiringnya prapta maring Wilwatikta, tistis samun kang negara, aro-ara karep irang para bahudandakatekaning tani-tani, apan kinasuking gama selam, dadi malwi sira mantuking Bali”.
Artinya :
  • Diceritakan Raja Sri Magadanatha atau Arya Ngurah Tabanan, di utus oleh Ida Dalem berangkat ke Majapahit, menyelidiki keadaan Raja Majapahit, tak terceritakan dalam perjalanan bersama anggota tibalah di Majapahit, Negara dalam keadaan sepi, terkejut semua para Bahudanda demikian juga masyarakat kebanyakan, sebab dimasuki agama islam, karena itu kembali beliau ke Bali.
  • “Satibeng irang Bali, ari maring Puri Pucangan stri kambil de Dalem Gelgel tinarimaken maring kiyai Azak ring Kapal, katereh de Arya Kresna Kepakisan, kesatriyakula wetning kadiri”.
Artinya :
  • Setibanya di Bali, Adik Perempuan di Puri Pucangan diambil oleh Ida Dalem Gelgel dikawinkan dengan Kiyai Azak di Kapal, keturunan Arya Kresna Kepakisan, warga kesatrya dari Kediri.
  • “Ri telas Sri Magadanatha umarek Dalem, kawruh yan sang ari stri inarimaken ring Kyai Azak, mangen angen sira ri bendun ira Dalem, wekasan manastapa ri anten ira, dadi gelis sira aserah kedatuan ekaning pangerahningNegara ring Sang Putra pamayun apatra arya Ngurah Langwang, teher tinengeran Arya Ngurah Tabanan”.
Artinya :
  • Sesudah Sri Magadanatha menghadap Ida Dalem tahulah beliau bahwa adik perempuannya dikawinkan dengan Kyai Azak. Kecewa beliau dan marah terhadap Ida Dalem. Dengan demikian berinisiatif beliau akan bersemadhi sekeluarga, sehingga segera beliau menyerahkan tapuk Pemerintahan, demikian juga administrasi Negara kepada Putra Pertama yang bernama Arya Ngurah Langwang juga berpredikat Arya Ngurah Tabanan.
  • “Kunang Sri Magadanatha mahyun lumakwa widon, saha agawya kuwu ring arah meriti saking stana Pucangan, ingara na Kubontingguh, apan maka grahan sang sedeng sungkawa, wekasan sira analap stri, anak ira de Bendesa Pucangan, maka prenah anak amisan saking wadu de sang akuwu maring Kubontingguh”.
Artinya:
  • Diceritakan Sri Magadanatha berkeinginan meninggalkan Kerajaan serta membangun Kubu disebelah barat daya dari istana Pucangan, bernama Kubontingguh, sebab itu merupakan pondok/rumah orang sedang ditimpa kesedihan. Selanjutnya beliau mengambil istri dari Bendesa Pucangan, dipakai misan dari istri yang berkubu di Kubontingguh.
  • “Dadi wetu Putra kakung sakung sawiji ingaranan I Gusti Ketut Bendesa, I Gusti Ketut Pucangan tengeran ira waneh. Wekasan ri wus I Gusti Ketut Bendesa anandang wastra akekeris, laju sinerah aken de sang yayah ring sang kaka Arya Ngurah Tabanan tur jenek papareng ungguhin Raja Buahan, pada amukti suka wibhawa”.
Artinya :
  • Lahirlah putra laki-laki diberi nama I Gusti Ketut Bendesa dengan nama sebutan I Gusti Ketut Pucangan. Lama kelamaan sesudah I Gusti Ketut Bendesa Remaja/Dewasa, diserahkan ayahnya kepada kakaknya Arya Ngurah Tabanan dan bertetap tinggal di istana Kerajaan Buahan, serta menemui kebahagiaan hidup dan kewibawaan.

Keterangan yang serupa juga di dapat dalam babad Kutawaringin dan usana jawa. Dalam Usana Jawa Tokoh Magadanatha disebut dengan nama lain yakni : Arya Yasan.

Pada waktu Rsi Markandia dari India menyebarkan Agama Hindu menuju Jawadwipa dan selanjutnya ke Pulau Bali menuju Wangayagede yang akhirnya merabas hutan belantara sampai di suatu tempat yang selanjutnya membuat gubuk diatas tonggak-tonggak kayu ( bun-bun besar ) sebagai sandaran/peningguk yang sudah mendapat kekuatan dari sang Banaspati. Disuatu hari gubuk tersebut mengeluarkan sinar ( metu teja ) yang merupakan pemberian kekuatan dari Sanghyang Tunggal. Dari Gubuk yang berada diatas tonggak bun sebagai penyangga/peningguk yang sangat tangguh yang akhirnya disebut Kubontingguh sebagai pesraman para Yogi.

Pura Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh merupakan kawitan umat Hindu karena merupakan kekuatan, sehingga bagi para umat Hindu yang bisa datang sujud bakti di hadapan beliau sudah jelas mendapatkan keselamatan.
Berlama-lama Bali ditaklukan oleh Majapahit pada tahun 1352 atau abad ke 13 sang Subakti Arya Kenceng mendapatkan wahyu kekuatan (kedirgayusan) sehingga beliau bersabda keturunannya mesti sujud di Pura Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh.


PENELITIAN ARKEOLOGI

Laporan penelitian arkeologi Denpasar nomor 362/F9.7/PK/2000 tanggal 15 Nopember 2000. Adanya beberapa temuan baik batu besar yang berada di depan patung Sapi dan ditempatkan di Gedong Pura / Palinggih, ini merupakan salah satu peninggalan pada jaman megalitik/jaman batu.


Di Pelinggih Gedong Agung terdapat ukiran cronogram merupakan pembuatan bangunan atau perbaikan pada saat itu terbaca sbb. Badan atau angga bernilai 1, senjata cakra bernilai 5, burung dan hewan bersayap bernilai 6, api atau dewa api bernilai 3 dan dapat dibaca atau angka tahum 1563 atau 1641 Masehi.

Pura ini oleh masyarakat Pengempon dikenal dengan sebutan “PURA KAHYANGAN JAGAT DALEM PURWA KUBONTINGGUH”. Penamaan tersebut terkait erat dengan status dan fungsi Pura yang sifatnya laind ari pura Dalem biasanya yang dikenal di kalangan umat sedharma. Kata Dalem adalah menunjukkan manifestasi Tuhan / Ida Sanghyang Widhi dalam wujud saktinya Siwa yakni yakni “Bhatari Durga” Pelambang Peleburan. Sedangkan kata Purwa diambil dari pengertian asal mula(wit = bahasa bali),berarti asal mula Pura Dalem dalam segala kebesaran prebhawanya.

Kata Purwa juga menunjukkan Pura dalam bentuk umum sebagai Kahyangan Jagat Tabanan dengan sistem tata Pemerintahan berdaulatnya Raja Diraja sebelum Negara Indonesia berbentuk Republik. Lebih jauh pengertian asal mula dimaksud adalah mulainya (kawitnya) penguasa Kerajaan mendapatkan kesempurnaan spiritual membasmi malapetaka memohon kehadapan Bhatari Durga dengan sarana mata air keramat disebut Taman Beji sebagai tempat memohon pengeleburan dasa mala.

Sebagai asal mulakeberhasilan Raja zaman dahulu tersebut menamakan Pura dengan istilah Purwa. Kata Kubontingguh adalah menunjukkan lokasi dan pengempon Pura lebih jelasnya berikut disertakan Kutipan Purana sebagai berikut :

  • ……………. Mangke wuwusen Pura Kawitan keturunan Arya Kenceng ingaranan Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh, Desa Buahan, Wawidangan panagara Singhasana Tabanan. Makadi pengancengKahyangan Puri Agung Tabanan. Maka pengelingsir Pahryangan Jro Agung Kukuh, Desa Denbantas, wewidangan jagat Tabanan, minakadi Pemangku Gede warga Pasek, abhiseka Jro Mangku Gede saking Banjar Bakisan, Panagara Tabanan, Griya Pasekan mwang Griya Majapahit ring Tuakilang Desa Denbantas, Wewengkon jagat Tabanan.
Artinya :
  • Sekarang keberadaan Pura Kawitan keturunan Arya Kenceng bernama Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh, Desa Buahan, Wilayah Kerajaan Tabanan. Sebagai Penganceng Kahyangan Puri Agung Tabanan. Sebagai sesepuh/Panasehat Parhyangan Jro Agung Kukuh, Desa Denbantas, Wilayah Tabanan. Sebagai Pemangku Gede Warga Pasek, bergelar Jero Mangku Gede dari Banjar BakisanWilayah Tabanan, Demikian juga sebagaiBhagawanta Puri Singasana Tabanan, Griya Pasekan mwang Griya Majapahit di Tuakilang Desa Denbantas Wilayah Tabanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar