Minggu, 10 Januari 2010

Wisnu Wardhana

RANGGAWUNI/ SEMENINGRAT
(1250 – 1268 )


Wisnuwardhana adalah raja Singhasari yang memerintah pada tahun 1249-1268. Gelar lengkapnya ialah Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana Kulama Dhumardana Kamaleksana (menurut Prasasti maribong, 1248).


Wisnuwardhana dalam Pararaton

Dalam Pararaton dikisahkan nama asli Wisnuwardhana adalah Ranggawuni, putra Anusapati, atau cucu Tunggul Ametung. Pada tahun 1249 Anusapati tewas oleh kudeta licik yang dilakukan adik tirinya, bernama Tohjaya.

Candi Jago diperkirakan Tempat pemujaan untuk Raja Wisnu Wardhana

Setelah kematian Tohjaya, Ranggawuni naik takhta bergelar Wisnuwardhana, sedangkan Mahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya bergelar Narasingamurti. Adapun Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wunga Teleng, atau cucu Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasri). Pada masa kekuasaan Ranggawuni bergelar Wisnuwardhana, perseteruan antar-keluarga dalam Dinasti Rajasa berakhir dengan rekonsiliasi.

Wisnuwardhana memerintah bersama sepupunya, Mahesa Cempaka. (Mahesa Cempaka dan Ranggawuni adalah cucu Ken Dedes). Wisnuwardhana memiliki menantu bernama Jayakatwang. Sepeninggal Raja Tohjaya terjadi penyatuan Janggala dan Panjalu oleh Raja Wisnuwardhana seperti yang diuraikan dalam prasasti Mahaksobhya.

Diantara Keluarga raja Kediri ada yang keberatan dengan penyatuan Kediri dan Singhasari yaitu Sri Maharaja Lingga Chaya ( Linggapati). Dalam Nagarakretagama dan Pararaton selanjutnya menceritakan setelah naik takhta di Tumapel, Wisnuwardhana menghancurkan pemberontakan Linggapati di Mahibit. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1252.


Wisnuwardhana dalam Nagarakretagama

Nagarakretagama (1365) juga menyebutkan tentang adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti untuk menciptakan perdamaian antara pengikut Tunggul Ametung dan Ken Arok. Namun ditulis pula dalam naskah tersebut kalau Wisnuwardhana naik takhta menggantikan Anusapati tahun 1248, bukan menggantikan Tohjaya tahun 1250.

Kebenaran berita dalam Nagarakretagama terbukti dengan ditemukannya Prasasti Maribong yang diterbitkan Wisnuwardhana pada 23 September 1248.


Pemerintahan Wisnuwardhana

Dalam menjalankan pemerintahannya Raja Wisnu dibantu oleh batara Narasinga (Mahisa Campaka) juga dibantu oleh Mahamentri Patih Raganata. Dalam Pararaton disebutkan demi memajukan kemakmuran negara pada tahun saka 1193 Prabu Wisnuwardhana membuat pelabuhan di sungai Brantas dekat kota Majakerta yang terkenal dengan Canggu.

Pada tahun 1254 ibu kota Kerajaan Tumapel diganti nama dari Kutaraja menjadi Singhasari. Pada tahun itu pula Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai raja. Panji Patipati yang bergelar Mpu Kapat yang menyelamatkan hidup mereka dari ancaman Panji Tohjaya diangkat sebagai Dharmadikrama (hakim tertinggi) seperti terbukti dalam serat Kekancingan Gunung Wilis tahun saka 1191.

Tahun kematian Wisnuwardhana menurut Pararaton adalah 1268, Wisnuwardhana setelah wafat dicandikan di Waleri sebagai Siwa dan di Jajagu sebagai Budha. Tidak berselang beberapa lama Narasingamurti juga wafat dan dimakamkan di Wengker didirikan Arca Siwa yang sangat indah di kumitir. Menurut Negarakertagama Narasinghamurti menurunkan Dyah Lembu Tal, yang di Candikan di Mireng sebagai Budha. Beliau berputra Raden Wijaya yang akan mendirikan kerajaan besar Majapahit. Dalam kitab negarakertagama pupuh 41 bait 4 disebutkan:

  • ” Cakabda kanawawaniksithi bhatara wisnu mulih in curalaya pjah, dinarmma ta sire waleri ciwawimbha len/ sugatawimbha mungwin (jajaghu, Samantara muwah bhatara narasinhamurtti sira mantuk in surapada,Hanar sira dinarmma de haji ri wenker uttama ciwarcca mungwi (kumitir.”
Artinya :
  • Tahun Caka awan sembilan mengebumikan tanah (1192)raja Wisnu berpulang. Dicandikan di Waleri berlambang arca Ciwa, arca Bhuda Di Jajago Sementara itu,bhatara narasinghamurti pun pulang ke Surapada Di candikan di Wengker, di kumepar diarcakan bagai Siwa mahadewa

Nama Asli Wisnuwardhana

Nagarakretagama tidak menyebutkan siapa nama asli Wisnuwardhana. Nama Ranggawuni sendiri tidak pernah dijumpai dalam prasasti apa pun sehingga disinyalir merupakan nama ciptaan Pararaton.

Dalam Prasasti Mula Malurung (1255) disebutkan kalau ayah dari Kertanagara bernama Seminingrat. Nama Seminingrat juga ditemukan dalam Prasasti Maribong (1248) sebagai nama lain Wisnuwardhana. Selain itu Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan kalau ibu Kertanagara bernama Waning Hyun yang merupakan sepupu Seminingrat sendiri. Dalam Prasasti Wurare (1289), Kertanagara menyebut ibunya bernama Jayawardhani. Kiranya nama Jayawardhani ini merupakan gelar resmi dari Waning Hyun.

Berdasarkan bukti prasasti tersebut, dapat disimpulkan bahwa, nama asli Wisnuwardhana adalah Seminingrat, sedangkan Ranggawuni hanyalah nama ciptaan pengarang Pararaton.

Candi Jago berkaki tingkat tiga tersusun semacam limas berundak-undak dan tubuh candinya terletak di bagian belakang kaki candi menunjukkan timbulnya kembali unsur-unsur Indonesia, disamping terlihat pula dari relief reliefnya dengan pahatan datar, gambar-gambar orang yang mirip wayang kulit Bali saat ini, dan para kesatriyanya diikuti punakawan (bujang pelawak).

Candi Jago

Tidak ada komentar:

Posting Komentar