Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 28 April 2011

KYAI WAYAHAN CELUK

KYAI LANANG KETUT KEROBOKAN
LAHIRNYA JERO GEDE KEROBOKAN


Raja Pemecutan Ida Bhatara Sakti Pemecutan III sedang dihadap oleh para patih agung dan para sulinggih untuk membahas rencana diadakannya Karya Agung di Puri Pemecutan.

Yang menjadi pembicaraan adalah mengenai Ulam Suci (hewan kurban) yang akan digunakan untuk upacara tersebut, dimana memerlukan bermacam macam binatang hutan seperti landak, Selesih, Irengan, Rusa dan lain sebagainya sehingga untuk mendapatkan hewan hewan tersebut diperlukan sesorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam menjelejah hutan belantara.

Pada saat beliau sedang memikirkan siapa gerangan orang yang akan ditunjuk melaksanakan tugas tersebut, beliau teringat akan Gusti Gde Selat keturunan Gusti Pasek Gelgel yang baru beberapa minggu mengabdi Puri Agung Pemecutan. Maka dipanggillah Gusti Gde Selat untuk diminta kesediaannya melaksanakan tugas tersebut dan beliau menyanggupinya.

Setekah mohon restu Ida Bhatara Sakti maka Gusti Gde Selat dengan 20 orang pengiring berangkat ke daerah Jembrana karena disanalah terdapat hewan hewan yang dibutuhkan tersebut. Sebagian besar hewan yang dicari telah nampak disana, Gusti Gde Selat kemudian memerintahkan untuk memasang jaring dan perangkap sehingga tidak beberapa lama mereka berhasil mendapatkan Kijang dan Rusa.

Setelah 10 hari di hutan tersebut semua hewan yang dibutuhkan telah tertangkap semuanya dan rombongan segera kembali Ke Badung. Ida Bhatara Sakti sangat gembira hatinya mengetahui tugas yang dibrikan kepada Gusti Gde Selat telah dijalankan dengan baik dan semua hewan yang dibutuhkan semunya telah berada di Puri pemecutan.

Sebagai rasa terima kasih beliau kepada Gusti Gde Selat maka Ida Bhatara sakti mengangkat Gusti Gde Selat sebagai Kepala Desa Padang Lambih bagian Barat. Sedangkan Desa Padang Lambih bagian Timur sudah dikuasai oleh Kiyai Agung Lanang Dawan dimana sebelumnya daerah tersebut dibawah kekuasaan Gusti Ngurah Batu Lepang.

Gusti Gde Selat mempunyai 2 orang Putra yang sulung bernama Gusti Wayahan Bendesa Mas dan yang bungsu bernama Gusti Nengah Bendesa Mas. Karena Gusti Gde Selat sudah berusia lanjut maka kepala pemerintahan diserahkan kepada Gusti Wayanan Bendesa Mas namun keputusan tersebut tidak disetujui oleh adiknya yaitu Gusti Nengah Bendesa Mas yang menginnginkan Desa Padang Lambih Barat dibagi dua bagian.

Pertentangan tersebut semakin memuncak ketika Gusti Gde Selat meninggal dunia sampai akhirnya timbullah perang saudara memperebutkan daerah Padang Lambih Barat. Karena dahsyatnya perang saudara tersebut sehingga menimbulkan korban yang cukup banyak diantara kedua belah pihak, darah mengalir bagaikan air parit bersuara Ngerobok maka dari itu daerah tersebut kemudian diberi nama Desa Ngerobok atau sekarang disebut Kerobokan.

Kedua bersaudara tersebut tidak ada yang keluar sebagai pemenang karena sama sama kebal dan sakti tidak mampu ditembus oleh senjata. Karena perang yang sudah berlangsung lama maka Gusti Wayahan Bendesa Mas mengambil inisiatip untuk melaporkan permasalah tersebut kepada Ida Bhatara Sakti di Puri Pemecutan.

Singkat cerita rombongan Gusti Wayahan Bendesa Mas sudah berada dihadapan Ida Bhatara Sakti untuk menyampaikan permasalahan tersebut dan mengajukan permohonan agar salah satu Putra Ida Bhatara sakti ditempatkan di Desa Kerobokan untuk mendamaikan perselisihan tersebut.

Ida Bhatara sakti mengabulan permohonan tersebut kemudian menempatkan putranya yaitu Kiyai Ketut Kerobokan yang kemudian membangun Jero Kerobokan Kajanan sedangkan seluruh Keluarga Gusti Wayahan bendesa Mas membuat rumah sebagai Pekandelan Jero dan sebagai kepala pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Kiyai Ketut Kerobokan.

Karena Gusti Wayahan Bendesa Mas tidak lagi sebagai kepala pemerintahan di Desa Padang lambih Barat maka beliau tidak diperkenankan lagi memakai gelar Gusti maka beliau hanya dipanggil Ki Bendesa Mas. Melihat kenyataan tersebut Gusti Nengah bendesa Mas tidak bisa menerima kenyatan tersebut dan mendapat akal akan melakukan hal yang sama seperti kakanya kepada Kerajaan Mengwi.

Maka pada hari yang ditentukan berangkatlah Gusti Nengah Bendesa Mas Ke Puri Mengwi dan minta kepada Raja Mengwi untuk menempatkan salah seorang putranya untuk dijadikan penguasa di wilayah tersebut. Raja Mengwi tidak dapat mengabulkan permohonan tersebut karena akan memperburuk hubungan dengan Kerajaan Badung. Gusti Nengah Bendesa Mas akhirnya pulang dengan perasaan kecewa maka didalam lamunannya timbul niatnya untuk menghadap ke Puri Agung Pemecutan untuk meminta hal yang sama seperti kakanya kepada Ida Bhatara Sakti.

Diceritakan Gusti Nengah Bendesa Mas sudah berada dihadapan Ida Bhatara sakti dan menyampaikan keinginannya tersebut dan untuk tidak membeda bedakan maka Ida Bhatara Sakti mengambulkan permintaan tersebut dan memberikan putranya Kyai Lanang Celuk untuk ditempatkan didaerah tersebut.

Akan tetapi putra satu satunya yang masih ada di Puri tersebut saat itu sedang menuntut ilmu di Puri Klungkung sedangkan putra putra beliau yang lain sudah menempati wilayahnya masing masing yang dianggap rawan oleh penyerangan kerajaan lain.

Untuk itulah untuk sementara waktu Gusti Nengah Bendesa Mas harus bersabar dahulu sambil menunggu putra yang dijanjikan tersebut selesai menempuh ilmu di Puri Klungkung. Maka dari Itu Gusti Nengah Bendesa Mas memutuskan pulang kembali ke Desa Kerobokan namun didalam perjalanan beliau mendapat akal untuk mencari Kiyai Lanang Celuk ke Puri Klungkung untuk diboyong langsung ke Daerah Kerobokan.

Setelah menempuh perjalanan beberapa lama sampailah beliau di Puri Agung Klungkung dan dapat bertemu dengan Putra yang dimaksud. Gusti Nengah Bendesa Mas kemudian menyampaikan permintaannya untuk memboyong putra dimaksud ke daerah Kerobokan namun karena beliau masih belum menamatkan pelajarannya maka permintaan tersebut ditolak dan beliuu baru bersedia ke Krobokan setelah selesai menamatkan pelajarannya di Puri Klungkung.

Hari semakin larut dan pembicaraan antara kedua belah pihak tidak memenuhi sasaran, karena sudah kehabisan akal maka Gusti Nengah Bendesa Mas memerintahkan kepada pengawalnya untuk menangkap Kiyai Lanang Celuk dan dimasukkan kedalam karung lalu dipikul oleh pengiringnya ke Kerobokan.

Untunglah perbuatan nekad tersebut tidak diketahui oleh penjaga Puri karena semuanya berjalan dengan rapi. Dalam perjalanan tidak ada hambatan yang berarti sampai akhirnya tibalah rombogan tersebut di desa Kerobokan. Kiyai lanamg Celuk tidak bisa berbuat apa apa dan menuruti segala permintaan Gusti Nengah Bendesa Mas yang mengangkat beliau sebagai kepala pemerintahan di Desa Padang Lambih Barat.

Kiyai Lanang Celuk kemudian dibuatkan upacara penobatan dan dibuatkan tempat tinggal di sebelah barat pasar kerobokan dan diberi nama Jero kerobokan Kelodan. Seluruh pasukan yang berada dibawah Gusti Nengah Bendesa Mas kemudian diserahkan kepada Kiyai lanag Celuk dan sama seperti kakaknya Gusti Nengah Bendesa Mas tidak memakai gelar Gusti lagi dan menjadi Ki Nengah Bendesa Mas.

Dengan adanya pergantian tersebut maka suasana yang dulunya tegang berangsur angsur mulai kembali aman dimana dua bersaudara dari putera Raja Pemecutan menjadi kepala Pemerintahan di Desa Padang Lambih Barat yaitu Kerobokan bagian Utara dibawah kekuasaan Kiyai Ketut Kerobokan sedangkan Kyai Lanang Wayahan Celuk membawahi Kerobokan bagian Selatan.

Kedua putra tersebut mendapat tugas dari Raja Pemecutan Ida Bhatara sakti untuk mengawasi Desa Dalung yang merupakan basis terdepan dari Kerajaaan Mengwi. Sekarang keturunan Ki Wayahan Bendesa Mas dan Ki Nengah Bendesa Mas banyak menurunkan keturunan sampai ke desa Canggu.

Demikinalah sejarah berdirinya Jero Kerobokan Kajanan dan Kerobokan Kelodan dan sejarah keberadaan Kiyai Lanang Ketut Kerobokan dan Kiyai lanang Wayahan Celuk sebagai wakil pemerintahan Puri Agung Pemecutan di Desa Kerobokan

KIYAI ANGLURAH WAYAHAN LUMINTANG

SEJARAH JERO GDE PEGUYANGAN


Diceritakan Mpu Ketek mempunyai putra bernama Kiyai Agung Pasek Padang Subadra bertempat di lereng gunung Lempuyang Karangasem. Setelah beliau mediksa bergelar Ki Dukuh Sakti sehingga beliau sangat dihormati oleh penduduk setempat.

Beliau menurunkan putra sebnayak 5 orang :
  1. Ki Pasek SubrataKi Pasek Tegalwangi
  2. Ki Pasek Sadra Kusamba
  3. Ki Pasek Suladri
  4. Ki Pasek Kuru Badra
Ki Dukuh Suladri berpindah tempat ke sungai melangit sehingga lama kelamaan tempat beliau berubah nama menjadi Tirta Harum karena ditempat itu Ki Dukuh Suladri mengasuh anak kecil yang bernama Sang Anggatirta, selanjutnya anak ini akan menurunkan Kesatriya Taman Bali di Bangli.

Ki Dukuh Suladri banyak menurunkan para sentana dan ada para sentana beliau yang berpindah ke Badung yaitu didaerah Kesiman, Pahang Penatih dan Desa Intaran Sanur. Yang bertempat tinggal di daerah Kesiman banyak menurunkan Sentana sehingga ada yang berpindah ke Serangan, Pecatu, Ungasan, Kedonganan dan Kelan.

Yang tinggal di kedonganan mempunyai putra 2 orang :
  1. I Wayan Kedonganan
  2. I Made Klan
Kedua Putra ini dididik dengan baik oelh kedua orang tuannya untuk menjadi petani yang ulet. Tidak berapa lama I Wayan Kedonganan memutuskan pindah ke Desa Pedungan. I Wayan Kedonganan menurunkan 2 orang Putra yaitu :

  1. I Wayan Tektek
  2. I Made Pitik
Karena sudah kehendak dari yang Maha Kuasa maka I Wayan Kedonganan dan istrinya meninggal dunia ketika anaknya baru umur 4 tahun dan 2 tahun. Untunglah ada orang yang berbaik hati mau mengasuh kedua anak tersebut. Oleh karena itulah maka anaknya yang sulung dinamakan Tektek yang artinya tiwas sedangkan yang bungsu bernama pitik yang artinya anak ayam kehilangan induknya. Sehingga lama kelamaan termpat tersebut dinamakan Desa Pitik di daerah Pedungan.

Setelah keduanya meningkat dewasa kedua anak tersebut dikagumi oleh penduduk setempat karena tingkah lakunya yang hormat dan suka menolong. Karena tekatnya untuk maju dan merubah nasibnya maka kedua anak ini meninggalkan desa Pitik menuju kearah utara sampai akhirnya menjumpai suatu tegalan yang tidak ada penghuninya.

Tepat yang baru dujumpai tersebut menarik hati mereka sehingga bermaksud membuat tegalan di daerah tersebut. Dimana mana ditempat tersebut dilihat ada ada bekas kubangan kerbau, sapi dan kuda dan banyak kotoran hewan. Maka I Wayan Tektek mengambil kesimpulan bahwa pasti tanah ini subur.

Keduanya mulai membuka lahan berkebunan dan persawahan ditempat tersebut sehingga lama kelamaan tempat tersebut menjadi sangat makmur sehingga pendatang pendatang baru mulai berdatangan ke tempat tersebut sehingga lama kelamaan tempat tersebut menjadi suatu perkampungan.

Untuk menjaga ketertiban kampung tersebut maka dibangunlah Bale Banjar Tektekan yang keberadaanya sekarang disebelah selatan desa Peguyangan. Karena I Wayan Tektekan yang pertama kali membuka lahan tersebut maka oleh penduduk setepat beliau dpanggil Ki Dukuh Tektek. Demikian pula tempat kubangan kerbau tersebut kemudian menjadi perkampungan sehingga diberi nama Peguyangan .

Desa Tektek, Peguyangan dan Peraupan adalah merupakan daerah kekuasaan Kerajaan badung Memburuknya hubungan antara Kerajaan Badung dan Mengwi ternyata mempunyai pengaruh terhadap daerah yang baru dibuka tersebut. Desa Peraupan yang berada disebalah timur peguyangan merupakan daerah kekuasaan Kiyai lanang Karang Putra Kiyai lanang Cempaka Jero Tegal Denpasar.

Sebelumnya Desa Peraupan berada dibawah kekuasaan I Gusti Pinatih Kiyai Lanang Karang tidak sanggup menjaga keamanan daerah tersebut sampai Desa Peguyangan sehingga sering terjadi pelanggaran didaerah perbatasan oleh Kerajaan mengwi. Diceritakan Ki Dukuh tektek sudah berada di Puri Pemecutan menghadap Ida Bhatara Sakti Raja Pemecutan III untuk melaporkan permasalahan tersebut minta salah seorang putra Raja agar ditempatkan diwilayah tersebut untuk menjamin keamanan di wilayah tersebut.

Daerah peguyangan merupakan daerah yang sangat rawan karena merupakan perbatasan wilayah Kerajaan Badung dn Kerajaan Mengwi dan wilayah Sibanang adalah merupakan basis pertahanan Kerajaan Mengwi. Setelah melalui pertimbangan yang matang maka Ida Bhatara Sakti kemudian memerintahkan kepada salah satu putranya yaitu Kiyai Lanang Wayahan Lumintang untuk pindah ke Desa Peguyangan dan mendirikan Jero di tempat tersebut.

Ikut seta mengiringi Kayai Wayahan Lumintang 5o orang pilihan yang dianggap mempunyai kemampuan untuk beradaptasi di tempat tersebut. Jero tersebut kemudan dibangun disebelah timur jalan dengan Kuri Agung Menghadap ke barat dan diberi nama Jero Gde Peguyangan.

Pada waktu pecah perang anatara Badung dan Kerajaan mengwi, Putra putra Kyai Wayahan Lumintang ikut serta mempertahankan wilayah Badung sampai akhirnya Jero Sibang dapat direbut dan sebagian lainnya membantu Laskar Dawan bertempur dengan laskar Mengwi di Sempidi.

Demikianlah sejarah Keberadaan Kyai Lanang Wayahan Lumintang di Desa Penguyangan dan berdirinya Jero Gde Peguyangan.