Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 23 November 2009

RAJA PEMECUTAN I


KIYAI ARYA BEBED/ KIYAI ANGLURAH PEMECUTAN I/ KiYAI JAMBE PULE/ NARARYA GEDE RAKA/ COKORDA PEMECUTAN I(1660 - 1683 )
Kiyai jambe Pule adalah mendirikan Puri Agung Pemecutan tahun 1660 M yang diperolehnya melalui tapa semadi di Gunung Batur. Beliau mendapat anugrah dari Bhatari Danu yang memberikan daerah Badung sebagai wilayah yang nantinya menjadi tempat untuk mendirikan kerajaan. Beliau juga mendapat anugrah berupa senjata sakti Pecut dan Tulupan. Karena senjata sakti pecut tersebut juga maka Kerajaan yang beliau dirikan dinamakan Pemecutan.

Kiyayi Arya Bebed/ Kiyayi Jambe Pule merupakan tonggak awal berdirinya dinasti Pemecutan di Badung. Beliau membangun Puri Agung Nambangan sebelum diganti menjadi Puri Agung Pemecutan. Puri yang dulunya berlokasi disebelah barat jl. Thamrin sekarang berbatasan dengan Jl. Gunung Batur, Jalan Gunung Merapi dan Jl. Gunung Semeru sebagai pusat pemerintahan.


PERLUASAN WILAYAH KEKUASAAN

Setelah mendirikan Puri Pemecutan maka beliau mulai melmperluas wilayah kekuasaannya. Puri Sumerta adalah wilayah pertama yang berhasil dikuasai terbukti salah satu Pura Kahyangan di Sumerta setiap Purnama Kedasa selalu hadir ke Pura Tambangan Badung sebagai prasanak Pura Kerajaan Badung.
Kiyayi Arya Bebed/ Kiyayi Jambe Pule sebagai Raja Badung pernah berperang melawan Kiyayi Arya Made Janggaran atau Kiyayi Agung Badeng yaitu Raja yang memerintah kerajaan Karangasem. Perang tersebut dipicu oleh pemberontakan yang dilakukan oleh Patih Agung Kerajaan Gelgel yaitu I Gusti Agung Maruti terhadap kekuasaan Raja Bali yaitu Dalem Dimade yang memerintah Kerajaan Gelgel tahun 1621 - 1651. Dalem Di Made adalah merupakan menantu dari Kiyai Jambe Pule.

Perang yang berlangsung sangat hebat dan berlangsung lama merupakan pemberontakan yang pertama kali dilakukan oleh I Gusti Agung Maruti tanpa ada pihak yang kalah maupun menang sehingga akhirnya masing masing pihak kembali Purinya masing masing. Kiyai Bebed karena menderita luka yang sangat banyak disekujur tubuhnya sehingga tubuhnya menjadi berwarna merah menyala, karena itu beliau mendapat julukan Kiyayi Jambe Pule.

Kiyai Jambe Pule mengambil istri 3 orang
  1. Jero Kame / Jero Tameng dari Tumbakbayuh mempunyai putra Kiyai Anglurah Gelogor - beristana di Gelogor merupakan cikal bakal Arya Gelogor.
  2. Kiyayi Rara Pucangan ( anak dari Kiyai Arya Pucangan Tabanan) mempunyai putra Kiyai Anglurah Jambe Merik - beristana di Puri Alang Badung Suci merupakan cikal bakal Puri Satriya
  3. Putri Kiyai Penataran dari Bebandem Karangasem mempunyai putra Kiyai macan Gading/ Kiyai Anglurah Ketut Pemedilan / Kiyai Anglurah Nambangan – Cokorde Pemecutan II yang mewarisi Puri Pemecutan.

Selain mempunyai 3 orang putra, Kiyai Jambe Pule juga mempunyai 3 orang putri
  1. Putri pertama diambil oleh Kiyai Badeng dari keturunan Kiyai Agung yang menguasai daerah Kapal (keturunan Arya Dhalancang)
  2. Putri Kedua diambil oleh kesatria Kesiman
  3. Putri ketiga diambil oleh Dalem Di Made / Sri Maharaja Bali dari Puri Gelgel yang merupakan cikal bakal keturunan kesatria Klungkung.


PURI ALANG SUCI BADUNG / DINASTI KEJAMBEAN



Setelah jatuhnya kekuasaan Arya Tegeh Kori di Tegal maka Kyai Anglurah Jambe Merik menjadi raja di Badung beristana di Alang Badung dengan Pemerajannya bernama Pura Suci, istananya bernama Puri Peken Badung.

Puri Alang Badung berolokasi di di sebelah timur sungai Badung tepatnya dari barat mulai Masjid besar kampung Arab terus melajur ke timur sampai di Batan Sabo sedangkan batas paling selatan sepanjang Jl. Hasanudin sedangkan batas paling utara sepanjang jalan Masjid kampung Arab.

Kyai Jambe Merik dapat dikatakan sebagai pendiri kerajaan Badung. Pada jamannya beliau mengirim adiknya Kyai Anglurah Pemecutan II ( Kiyayi Macan Gading ) untuk membebaskan Kerajaan Gelgel dari pendudukan I Gusti Agung Maruti sejak tahun 1686.

Kyai Anglurah Pemecutan II gugur dalam pertempuran di desa Batu Klotok. Sebagaimana diketahui salah seorang isteri Dhalem Di Made adalah saudara dari Kyai Jambe Merik, yang menurunkan Dewa Agung Jambe Raja Klungkung I.

Setelah Kyai Jambe Merik meninggal, digantikan oleh puteranya Kyai Anglurah Jambe Ketewel. Beliau masih menempati kediaman ayahnya di Puri Peken Badung. Pada jamannya dibangun bendungan (DAM) raksasa di tukad Sagsag, di mana sepasang suami-istri dari abdi menyerahkan nyawanya (jadi caru) menjadi dasar bendungan tersebut.

Suami-istri tersebut menceburkan diri di tempat sekitar 75 meter ke Utara dari lokasi bendungan sekarang, disaksikan oleh raja Badung, pejabat-pejabat kerajaan, dan rakyat. Oleh karena itu bendungan tersebut diberi nama Oongan.


PURI AGUNG GELOGOR

Putra tertua dari Kiyayi Jambe Pule yaitu Kiyayi Anglurah Gelogor membuat puri di Gelogor. Beliau merupakan cikal bakal Arya Gelogor. Jero Gelogor berlokasi di Banjar Gelogor disebelah timur Kuburan Badung.

Beliau mempunyai seorang putra yang bernama Kiyai Gde Mangku yang setelah dewasa menggantikan kedudukukan ayahnya sebagai Moncol di Jero Gelogor dan beliau juga diangkat sebagai Manca Agung di Puri Agung Satria dibawah kepemimpinan Kiyai Jambe Haeng.

Pada suatu hari datang ke Jero Glogor Cokorda Gde Rai dengan putrinya Anak Agung Istri Mas dari Puri Mas Peliatan karena adanya perselisihan dengan saudaranya perihal warisan dari orang tuanya yang sudah meninggal. Adapun kedatangannya untuk mengabdi ke Jero Glogor karena sama sekali belum mempunyai tempat tinggal di wilayah Badung. Keinginan Cokorda Gde Rai untuk mengabdi di Jero Glogor diterima dengan baik sehingga mulai saat itu beliau menetap disana.

Kiyai Gde Mangku setelah dewasa mengambil istri dan mempunyai seorang putra yang bernama Kiyai Anglurah Gelogor yang setelah meningkat dewasa menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Moncol Jero Gelogor dan menurunkan putra putra sebagai berikut :

  1. Sirakian Made Agung diterima di Puri Agung Denpasar kemudian membangun Jero Oka.
  2. Sirakian Made Raka
  3. Sirakian Anom
  4. Sirakian Panji
  5. Sirakian Patilik
  6. Sirakian Sakah
  7. Sirakian Gaduh
  8. Sirakian Batuwan
  9. Sirakian Wayahan Kepisah
  10. Anak Agung Ayu Rai
  11. Anak Agung Ayu Cepaka
  12. Anak Agung Ayu Raka



Setelah ketiga putranya menempati jeronya masing masing maka tiap tiap jero diberikan panjak tatadan (rakyat) sebanyak 200 orang juga diberikan raja berana (harta) untuk menunjang kehidupan jero.

Dalam menjalankan pemerintahannya Kiyai jambe Pule pernah berperang melawan Kiyai Arya Made Janggaran yang juga disebut Kiyai Agung Badeng yaitu Raja Karangasem yang memberontak kepada Dalem Di Made dari Puri Gelgel.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN PURI TEGEH KORI TEGAL


Pada tahun 1750 ada sebuah konflik internal di dalam kerajaan Arya Tegeh Kori yang berujung dengan berakhirnya kekuasaan beliau. Masalahnya adalah perebutan seorang gadis putri dari Arya Tegeh Kori XI yang bernama I Gusti Ayu Mimba Sundari (Ratu Istri Tegeh). Persiapan upacara pernikahan antara putri raja dengan Kyai Jambe Merik putera dari Kyai Jambe Pule sudah dilakukan oleh keluarga raja dan rakyat.

Tiba-tiba ada permintaan dari raja Mengwi I Gusti Agung Made Agung Alang Kajeng, agar sang putri diserahkan ke Mengwi. Oleh karena kerajaan Mengwi pada waktu itu sedang mengalami masa kejayaan dengan reputasi laskarnya yang hebat. Arya Tegeh Kori tidak berani menolak permintaan tersebut, sang putripun diserahkan ke kerajaan Mengwi.

Penyerahan gadis ini menimbulkan amarah yang besar dari pihak keluarga Kyai Jambe Pule karena dinilai sebagai penghinaan. Dengan mendapat dukungan dari rakyat pihak keluarga Jambe Pule memberontak terhadap kekuasaan Arya Tegeh Kori XI. Terjadilah perang di intern kerajaan Arya Tegeh Kori. Laskar yang masih setia dengan raja terdesak sampai ke desa Kaliungu, kemudian terdesak lagi sampai di sebelah Barat Banjar Taensiat, yang disebut dusun Tegal Tebuk.

Sementara raja Arya Tegeh Kori XI bertahan di desa Tanguntiti sambil menunggu datangnya bala bantuan dari menantunya I Gusti Agung Made Agung Alang Kajeng. Setelah lama menunggu, datang bala bantuan dari Mengwi. Raja Arya Tegeh Kori sangat kecewa, karena jumlah anggota laskar yang didatangkan amat sedikit, dan itupun dimasudkan hanya untuk mengawal sang menantu.

Raja Arya Tegeh Kori XI akhirnya menyerah dan meminta peperangan di hentikan agar tidak menimbulkan korban lebih banyak. Demikianlah perang dihentikan dengan kekalahan pada keluarga raja.

Atas usulan dari raja Mengwi, permasalahan diselesaikan dengan pertemuan keluarga yang dilaksanakan di desa Kapal wilayah kerajaan Mengwi. Pertemuan keluarga ini melahirkan beberapa kesepakatan, diantaranya Arya Tegeh Kori XI menyerahkan kekuasaan. Laskar dan pengikut Arya Tegeh Kori diampuni dan dibebaskan memilih tempat tinggal. Sedangkan Kyai Tegeh Kori XI beserta keluarga menuju suatu desa yang kemudian disebut desa Tegaltamu (wilayah Gianyar), karena ada tamu dari Tegal .Jero Tegeh Kuri kemudian dibangun disebelah barat jalan tikungan menuju Desa Celuk .

Akhirnya para pimpinan laskar dan putra-putranya memilih jalan sesuai dengan keinginan masing-masing, seperti:

  1. Ki Gusti Tegeh Gara, Ki Gusti Tegeh Kebek, Ki Gusti Tegeh Tegal dan keluarga menuju ke Jimbaran, Klungkung dan Jembrana.
  2. Ki Gusti Tegeh Dawuh, Ki Gusti Tegeh Tengah, Ki Gusti Tegeh Tambun beserta keluarga menuju Penarungan, Carangsari, Petang, Pelaga, Tinggan, dam Penulisan.
  3. Ki Gusti Tegeh Kandil, Ki Gusti Tengah Dogol, Ki Gusti Tegeh Jero, Ki Gusti Tegeh Degeng beserta keluarga menuju desa Beratan, Candikuning dan seterusnya.
  4. Rombongan ke empat mengambil jalan yang paling singkat menuju kota Tabanan, dipimpin oleh Kyai Gusti Tegeh Wayahan, Kyai Gusti Tegeh Made Segara beserta keluarganya. Dua orang saudaranya Ki Gusti Tegal Agung dan Ki Gusti Tegal Dawuh gugur dalam menghadapi laskar Ki Pucangan. Sebagian rombongan ini menuju dan menetap di desa Bongan sekarang, sambil mundut pasasti dengan busana keraton yang lengkap.


Dengan demikian usai sudah kekuasaan Ksatrya Dhalem dinasti Kyai Arya Tegeh Kori di Badung yang berlangsung selama 350 tahun. Kemudian Badung memasuki jaman Kejambean.

SUSUNAN PEMERINTAHAN DI KERAJAAN BADUNG

Setelah jatuhnya pemerintahan Puri Tegeh Kori di Kerajaan Badung maka kekuasaan untuk wilayah Badung diambil alih oleh putra putra dari Kyayi Jambe Pole dengan susunan pemerintahan sebagai berikut :
  1. Kyayi Jambe Merik menjadi Raja di Kerajaan Badung dengan pusat pemerintahan di Puri Alang Badung
  2. Kyayi Anglurah Pemedilan/ Kiyayi Macan Gading sebagai Wakil Raja Badung beristana di Puri Agung Pemecutan
  3. Kiyayi Anglurah Gelogor sebagai Adipati Agung beristana di Puri Agung Gelogor

Daftar Pustaka :
  1. Lahirnya Puri Agung Pemecutan Badung / A.A. Oka Puji - Jero Dawan Tegal
  2. Sejarah Puri Gerenceng Pemecutan / A.A. Made Kaler
  3. Babad Arya Tabanan/ Puri Tabanan
  4. Sejarah Raja Raja di Tabanan dan Badung
  5. Cikal Bakal Raja Badung / Ida Cokorda Ngurah Agung - Puri Denpasar
  6. Babad Arya Tabanan dan ratu Tabanan / A.A. Gde Darta
  7. Penyusunan Sejarah Bali / Pemda Tk I Bali
  8. Mesuci Ngadegan Penglinglingsir Pesemetonan Warga Puri Agung Pemecutan / A,A, Ngurah Oka - Panitia Abiseka Penglingsir Puri Agung Pemecutan
  9. Bali Dalam Kilasan sejarah / I Ketut Ardana - Koran Bali Post

    Om Swasti Astu Sebelumnya penulis mohon maaf bila ada kekeliruan atas penulisan sejarah ini, untuk itu mohon koreksi serta masukan untuk menyempurnakan blog ini sehingga diperoleh fakta sejarah yang nantinya benar benar diterima oleh semua pihak dan beguna bagi generasi yang akan datang. Om Canti Canti Canti Om

1 komentar:

  1. maaf ampura tiang saking sumerta yenning sumerta tiang rasa raja pemecutan tidak menduduki wilayah sumerta... seperti wilayah sanur jimbaran dan daerah lain jajahan pemecutan yang dulunya bergelar gusti dit4 itu pasti di panggil Gusi ato SI... tetapi tidak untuk wilayah sumerta... sampai sekarang di sumerta tidak ada Gusti Pemecutan yang berkuasa.. kalo panjak memang ada di sumerta.. suksma... ampura yening tiang wenten iwang... utawi keliru... om canti canti canti...

    BalasHapus