Salah satu peninggalan sejarah Majapahit ini terletak persis di samping Candi Kedaton. Konon tempat ini adalah tempat raja melakukan semedi. Keduanya terletak dalam sebuah kompleks di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo. Sayang, pada tahun 1992, bangunan Sumur Upas hancur karena terlindas pohon beringin raksasa yang roboh dihempas angin. Atas inisiatif pemerintah daerah setempat, dilakukan upaya pemugaran. Lagi-lagi sayang, pemugaran itu terhenti karena terhambat krisis moneter.
Kini, Candi Sumur Upas tak ubahnya reruntuhan batu bata yang ditutup dengan rumah darurat. Menurut juru kunci candi yang dihubungi Mossaik, penutupan itu dilakukan agar batu candi tak rusak diserbu air hujan.
Ada yang menilai, Candi Kedaton satu rangkaian dengan Sumur Upas. Bahkan ada yang berkeyakinan, Candi Kedaton adalah nama lain dari Candi Sumur Upas. Padahal bila dilihat, dua bangunan ini sedikit terpisah.
Candi Sumur Upas merupakan bangunan parit yang berkelok. Parit-parit dari batu bata merah ini memiliki kedalaman hingga 1,6 meter dengan panjang 12,5 dan lebar 8,5 meter. Di sisi barat parit, terdapat tangga selebar 2 meter. Anggapan lainnya, bangunan parit ini memiliki penutup di bagian atas. Karena ada kemungkinan, tempat itu sering digunakan raja-raja Majapahit untuk bersemedi. Tepat di tengah parit, terdapat sebuah sumur yang ditutup dengan selembar batu gilang.
Diameter sumur yang konon lebih menyerupai gua sekitar 80 centimeter. Sedang kedalamannya, sampai sekarang masih belum diketahui. Dari kesaksian warga sekitar, hingga sekarang, belum pernah ada orang yang berani membuka mulut sumur.
Masih dari kisah warga, dulu, ada warga yang nekat membuka sumur. Katanya, ia langsung tewas karena lemas. Dari penuturan itu, warga Kedaton menamakan sumur ini dengan sebutan sumur upas atau bisa. Masih menurut mereka, Sumur Upas juga kerap dihubungkan dengan mitos para raja. Diantaranya, Sumur Upas dikabarkan jadi tempat pelarian Raja Brawijaya terakhir, yang dipercaya muksa atau menghilang begitu saja
Masih dari kisah warga, dulu, ada warga yang nekat membuka sumur. Katanya, ia langsung tewas karena lemas. Dari penuturan itu, warga Kedaton menamakan sumur ini dengan sebutan sumur upas atau bisa. Masih menurut mereka, Sumur Upas juga kerap dihubungkan dengan mitos para raja. Diantaranya, Sumur Upas dikabarkan jadi tempat pelarian Raja Brawijaya terakhir, yang dipercaya muksa atau menghilang begitu saja
Sumur Upas yang menjadi jujugan paranormal, ada lagi sebuah sumur tapi tak diketahui namanya. Sumur itu dinilai mengandung ‘air kehidupan’. Para penjaga candi.
Sumur itu kerap didatangi orang untuk tujuan mencari kesehatan lahir batin. Ketentraman hidup dan kedamaian rumah tangga selalu menjadi ujub utama para peziarah. Caranya dengan mandi di sumur itu dan harus didasari keyakinan yang mantap.
ASSALAM MUALAIKUM..
BalasHapusTERIMAKASIH SEBELUMNYA
Shubungan dengan sejarah SUMUR UPAS saya pernah mendapatkan sebuah cerita dari keluarga (KAKEK). Sumur Upas adalah lubang dimana bisa menembus perut bumi sehingga jika dimasuki, orang tersebut jika tidak memiliki kemampuan (kesaktian) yang tinggi akan hancur lebur karena panasnya bumi dan lumpur yang beracun, adapun lubang itu akan mencapai jarak tembus yang berukuran lubang rumah kepiting itu menghubungkan lubang-lubang yang ada di bumi ini (gua-gua, sumber air) dan salah satunya adalah tempat dimana leluhur saya bertempat tingal dan dimakamkan disana. Dahulu sebulum rahasia SUMUR UPAS diungkap oleh para keluarga majapahit, sebenarnya itu adalah seolah dijadikan suatu tempat mengeksekusi bagi orang yang mendapat hukuman mati dan orang tidak akan selamat jika masuk kedalamnya, tetapi sebenarnya adalah jalur tujuan dimana para keluarga kerajaan akan hijrah ke suatu tempat untuk ber semedi dan mengembangkan ilmunya serta jika ada pemberontak, Sumur Upas adalah tempat untuk melarikan diri bagi keluarga kerajaan agar silsilah tidak terputus meski diangap oleh para pemberontak mereka (keluarga kerajaan) telah mati bunuh diri di dalam sumur beracun.
Ya inilah yang bisa saya sampaikan kurang lebihnya mohon maaf (cetusan@gmail.com)