SRI RAJASA BHATARA SANG AMURWABUMI/ KEN AROK
(1222 – 1247 )
Ken A(ng)rok bukan nama, melainkan sebutan pengenal yang berupa gabungan dua unsur. Unsur pertama "ken", semacam gelar kehormatan bagi perempuan dan laki-laki, tetapi bukan karena keterhormatan silsilahnya yang berdarah biru. Gelar kehormatan "ken" diberikan masyarakat pada seseorang karena kemuliaan budinya, sedangkan gelar keterhormatan diberikan atau tidak diberikan masyarakat, dianggap sudah melekat karena pangkat dan asal- usul pada pribadi yang bersangkutan.
Patung Dwarapala diperkirakan sebagai patung penjaga di pintu masuk Kerajaan Singhasari
Ini perlu ditegaskan, agar kita bisa membedakan gelar kehormatan "ken" ini dengan, misalnya, gusti, raden mas. Dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes telah melahirkan 4 (empat) orang anak, yaitu
Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah di atas, juga dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan ciptaan pengarang naskah tersebut sebagai nama asli Rajasa. Arok berasal dari kata rok yang artinya berkelahi. Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi. Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri Kerajaan Tumapel hanya seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata sehingga mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu wangsa baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah tanah Jawa.
Ken Arok dalam Nagarakretagama
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan (sebelah selatan Singhasari), di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha. Sedangkan Ken Dedes yang tidak diketahui tahun meninggalnya, diperkirakan dibuatkan arca sangat indah yang diketemukan di Singosari, yaitu arca Prajnaparamita.
Arca Prajnaparamita
Pembunuhan terhadap Sang Rajasa yang dikisahkan Pararaton mendapat sokongan dari Prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti tersebut menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Akhir Pemerintahan Ken Arok
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang menganaktirikan dirinya, padahal ia adalah putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya ia tahu kalau dirinya memang anak tiri. Bahkan, ia juga tahu kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Pada hari itu kamis pon wuku Landep tahun saka 1169 Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak. Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Peninggalan Kerajaan Singhasari di perkirakan sebagai tempat mandi Kendedes
(1222 – 1247 )
Dalam naskah Nagarakretagama (1365) tidak dijumpai adanya nama Ken Arok. Dalam naskah tersebut pendiri Kerajaan Tumapel disebut sebagai putra Bhatara Girinatha. Konon ia lahir tanpa ibu pada tahun 1182. Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (yang pada tahun 1254 diganti menjadi Singhasari).
Patung Dwarapala diperkirakan sebagai patung penjaga di pintu masuk Kerajaan Singhasari
Ini perlu ditegaskan, agar kita bisa membedakan gelar kehormatan "ken" ini dengan, misalnya, gusti, raden mas. Dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes telah melahirkan 4 (empat) orang anak, yaitu
- Mahisa Wunga Teleng
- Panji Saprang
- Agnibhaya
- Dewi Rimbu
- Tohjaya
- Panji Sudatu
- Tuan Wergola
- Dewi Rambi.
Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah di atas, juga dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan ciptaan pengarang naskah tersebut sebagai nama asli Rajasa. Arok berasal dari kata rok yang artinya berkelahi. Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi. Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri Kerajaan Tumapel hanya seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata sehingga mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu wangsa baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah tanah Jawa.
Ken Arok dalam Nagarakretagama
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan (sebelah selatan Singhasari), di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha. Sedangkan Ken Dedes yang tidak diketahui tahun meninggalnya, diperkirakan dibuatkan arca sangat indah yang diketemukan di Singosari, yaitu arca Prajnaparamita.
Arca Prajnaparamita
Pembunuhan terhadap Sang Rajasa yang dikisahkan Pararaton mendapat sokongan dari Prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti tersebut menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Akhir Pemerintahan Ken Arok
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang menganaktirikan dirinya, padahal ia adalah putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya ia tahu kalau dirinya memang anak tiri. Bahkan, ia juga tahu kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Pada hari itu kamis pon wuku Landep tahun saka 1169 Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak. Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Peninggalan Kerajaan Singhasari di perkirakan sebagai tempat mandi Kendedes
Dalam naskah tersebut pendiri Kerajaan Tumapel disebut sebagai putra Bhatara Girinatha. Konon ia lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
BalasHapusMengutip dari artikel anda diatas,,,
bukannya ibu dari Ken Arok adalah Ken Endok yang merupakan istri sah dari Resi Girinata tetapi Ken Endok berselingkuh dengan pria yang bernama "GajahPara" lalu Ken Endok mengandung yang Ken Endok kira anak yang dikandungnya ialah anak dari Gajah Para namun dugaan Ken Endok salah,,,
Mohon maaf jika pendapat saya salah,saya membaca cerita tersebut dari terjemahan kitab pararaton dan buku narasi "Ken Arok "
Blognya sangat menarik dan sangat membantu,, :)
mari lestarikan sejarah bangsa Indonesia... Don't be blind to history :)