Kerajaan Selaparang muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam.
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut sebagai berikut, dengan catatan, ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu Kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya Kerajaan Pamatan.
Wilayah Kerajaan Selaparang
Setelah Pamatan berakhir, muncullah Kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah Kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, Kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357. M. Raden Maspahit, penguasa Kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Menurut catatan sejarah masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya. Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak Kerajaan Gelgel di Bali.
Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu:
1. Kerajaan Bayan di barat
2. Kerajaan Selaparang di Timur
3. Kerajaan Langko di tengah
4. Kerajaan Pejanggik di selatan.
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumbe air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang,Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka Kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Raja Lombok
disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi) dan Dompu.
Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang.
Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan. Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini.
Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622. Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Para Prajurit Kerajaan Lombok
Di balik itu, memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Danghiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam.
Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini. Kerajaan ini berakhir pada tahun 1740 setelah ditaklukkan oleh gabungan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang.
Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Kec. Pejanggik cukup jauh dari desa Labulia yang berada di Kecamatan JonggatAtas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.
Menelusuri Sisa Majapahit di Lombok
Cakranegara yang kini salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah bikin cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.
Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu.
Cakep (ikatan) daun til atau lontar itu adalah naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya
Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Nagarakretagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Nagarakretagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmulyana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Nagarakretagama ke dalam Bahasa Inggris.
Seperti diketahui kemudian, Nagarakretagama pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda dengan nomor koleksi 5023. Pemerintah Belanda mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah itu menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Nagarakretagama, antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.
Lontar itu ada di Puri Cakranegara, Lombok, dibawa keluarga Kerajaan Kediri pada masa kekuasaan mereka di Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sekitar akhir abad ke-17 M sampai pertengahan abad ke-18 M. Lombok sendiri merupakan wilayah kekuasaan Raja Karangasem, dan sebelumnya ada beberapa kerajaan berada di sana, seperti Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.
Slametmulyana dalam bukunya Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), menyebutkan sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya (kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan turunan naskah Nagarakretagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok. Isi Nagarakretagama diterapkan di Lombok demi membangun sistem pemerintahan dan sekaligus pertahanan menyerupai kerajaan Majapahit
Ini juga ditujukan demi menjadikan Lombok sebagai benteng mempertahankan ajaran Hindu di Bali, menyusul masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Jawa, yang ditandai dengan masuknya Raja Jenggala dan kerajaannya sebagai kerajaan Islam. Raja Kediri dan Raja Jenggala adalah bersaudara, kata Anak Agung Biarsah Huruju Amla Negantun, cucu Anak Agung Anglurah Gede Karang Asem, Raja Lombok terakhir. Perbedaan agama, yang dianut masing-masing raja itu, diakui, menjadi salah satu penyebab meletusnya perang saudara di antara dua kerajaan ini.
”Dari cerita yang pernah saya dengar dari orang-orang tua, naskah ini dibawa leluhur saya dari Kediri waktu ekspedisi ke Lombok. Di dalamnya dijelaskan teknik peperangan dan teknik mengatur pemerintahan. Nagarakretagama dibawa ke Lombok untuk mengatur wilayah Lombok, dengan konsep pusat pertahanannya di Cakranegara,” tutur Agung Biarsah
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut sebagai berikut, dengan catatan, ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu Kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya Kerajaan Pamatan.
Wilayah Kerajaan Selaparang
Setelah Pamatan berakhir, muncullah Kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah Kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, Kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357. M. Raden Maspahit, penguasa Kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Menurut catatan sejarah masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya. Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak Kerajaan Gelgel di Bali.
Di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu:
1. Kerajaan Bayan di barat
2. Kerajaan Selaparang di Timur
3. Kerajaan Langko di tengah
4. Kerajaan Pejanggik di selatan.
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumbe air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang,Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka Kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Raja Lombok
disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi) dan Dompu.
Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang.
Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan. Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini.
Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622. Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Para Prajurit Kerajaan Lombok
Di balik itu, memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Danghiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam.
Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini. Kerajaan ini berakhir pada tahun 1740 setelah ditaklukkan oleh gabungan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang.
Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Kec. Pejanggik cukup jauh dari desa Labulia yang berada di Kecamatan JonggatAtas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.
Menelusuri Sisa Majapahit di Lombok
Cakranegara yang kini salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah bikin cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.
Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu.
Cakep (ikatan) daun til atau lontar itu adalah naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya
Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Nagarakretagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Nagarakretagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmulyana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Nagarakretagama ke dalam Bahasa Inggris.
Seperti diketahui kemudian, Nagarakretagama pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda dengan nomor koleksi 5023. Pemerintah Belanda mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah itu menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Nagarakretagama, antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.
Lontar itu ada di Puri Cakranegara, Lombok, dibawa keluarga Kerajaan Kediri pada masa kekuasaan mereka di Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sekitar akhir abad ke-17 M sampai pertengahan abad ke-18 M. Lombok sendiri merupakan wilayah kekuasaan Raja Karangasem, dan sebelumnya ada beberapa kerajaan berada di sana, seperti Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.
Slametmulyana dalam bukunya Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), menyebutkan sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya (kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan turunan naskah Nagarakretagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok. Isi Nagarakretagama diterapkan di Lombok demi membangun sistem pemerintahan dan sekaligus pertahanan menyerupai kerajaan Majapahit
Ini juga ditujukan demi menjadikan Lombok sebagai benteng mempertahankan ajaran Hindu di Bali, menyusul masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Jawa, yang ditandai dengan masuknya Raja Jenggala dan kerajaannya sebagai kerajaan Islam. Raja Kediri dan Raja Jenggala adalah bersaudara, kata Anak Agung Biarsah Huruju Amla Negantun, cucu Anak Agung Anglurah Gede Karang Asem, Raja Lombok terakhir. Perbedaan agama, yang dianut masing-masing raja itu, diakui, menjadi salah satu penyebab meletusnya perang saudara di antara dua kerajaan ini.
”Dari cerita yang pernah saya dengar dari orang-orang tua, naskah ini dibawa leluhur saya dari Kediri waktu ekspedisi ke Lombok. Di dalamnya dijelaskan teknik peperangan dan teknik mengatur pemerintahan. Nagarakretagama dibawa ke Lombok untuk mengatur wilayah Lombok, dengan konsep pusat pertahanannya di Cakranegara,” tutur Agung Biarsah
pada masa kekuasaan bali dilombok, raja bali lombok pernah menyuruh rakyat dan bangsawan lombok untuk mengumpulkan kitab2 dan silsilahnya untuk diupacarakan/ diruwat.. tapi kenyataannya kitab itu ada yang diambil dan disimpan untuk koleksi mereka serata ada puyla nkitab silsilah yang mereka bakar dan musnahkan dengan maksud untuk mentiadakan bangsawan lombok sasak, karena seringnya bangsawan lombok melakukan pemberontakan kepada penjajah bali.
BalasHapusMemang ini yang harus dipertanyakan pada para keturunan Anak Agung Ngurah Karangasem, kemana kitab-kitab dan buku-buku silsilah tersebut di bawa. ini demi keturunan anak cucu kami agar mereka tahu siapa nenek moyang mereka.
BalasHapusPatinglaga Deneq Wirabangsa(Wira Bangsa)
BalasHapusPutra Sari
Hurani
Nangglung Baya...
Keempat nama tersebut diatas terdapat dalam silsilah Karang Genteng Pagutan.
ini semua cerita bohonggggggggggggggg..........yang benar itu adalah kerajaan selaparang adalah kerajaan yang paling besar di seluruh dunia tetapi itulah selaparang tidak mau membuka semua rahasianya
BalasHapusNgomel gak bisa menunjukan bukti, sejarah. tulisanya aja kayak anak tk..?
Hapusyaa.....cerita ini bohong....yang saya tau krajaan bali itu hanya bisa menguasai lobar dan loteng....bukan lotim.dan itu di buktikan dengan keberadaan orang2 bali di lombok..coba liat skarang mana ada pure atau tanah persawahan orang bali di lotim....itu bukti kecil kalu krajaan selapang itu tidak pernah di sentuh sama krajaan bali..
Hapussemua lombok d kuasai itu versi d buku " Kupu kupu kuning di selat Lombok".
Hapustolong kepada saudara lanang dawan kalo mau tau sejarah asli dari kerajaan selaparang tolong saudara hubungi saya dan akan saya hubungkan dengan pemegaang kitab-kitab dan babat selaparang yang asli yang ada dilombok timur.trims
BalasHapusapa bisa d jelaskan isi kitab2 dan babat tsb? soalnya membaca babat kita blm faham,
Hapus@hery selaparangn bisakah saudara menulis blog tentang sejarah kerajaan selaparang?
HapusNunas pengajarannya blie dados nunas info blie utusan kerajaan klungkung yan g pertama berperang kelombokk ada beberapa dewa agung saking puri klungkung sapa aja itu karena tiang dewa saking lombokk keturunan beliau tapi tiang gak tau sapa kompiang tiang yang pertama kelombokkk cuma sepintas tiang denger ada 5 dewa damai dewa damuh infonya gak jelas mhn pengajarannya...tiang dewe saking NEGARASAKAH lombokk napi wenten hubungane Banjar akah ring klungkung sareng NEGARASAKAH gumi tiang dlombokk ampure blie
Hapussejarah adalah tiang masa depan... yang berlalu biarkan berlalu yang sekarang hanya mengenang masa lalu sebagai pererat persatuan bangsa yang merdeka dan berdaulat
BalasHapusmenurut versi sasak "ada banyak yang kurang sesuai salah satunya adalah mengenai kotab negarakertagama yang dibawa dari bali ke lombok, tetapi justru ketika gajah mada datang ke-selaparang datang dengan misi damai dan membawa kitab tersebut kemudian diserahkan kepada raja selaparang kala itu, namun ketika terjadi penyerbuan anak agung ke selaparang bersama arya banjar getas semua harta benda kerajaan diambil termasuk kitab tersebut".
BalasHapusBermula dari expidisi gajah mada dan mpu nama ke timur,yg dbawa expidisi waktu itu adalah putera jayabaya dan jayabaya antara lain, sira arya teja alias arya damar alias nala aliat aditiyawarman, arya kenceng, arya pudak, arya sentong, arya kuta waringin, arya babad getas dan gajah para.. AWALX smua d atur dtempatkan d balik kecuali sira arya teja mendirikan kerajaan d dekat pelabuhan lombo, yg kemudian menjadi selaparang perigi.usia 49 th mpu nala kecuali k kerajaan buyutx damasraya,raja d lombo d gantikan putera betara tunggul nala. Betara tunggul nala memiliki 2 putera yaitu deneq mas muncul(raja bayan) tdk memiliki putera, adikx betara deneq mas pengen desa segara katon yg melanjutkan menjadi raja,deneq mas pengendengan memiliki 3 orang putera yaitu sri dadelamata menjadi raja langko, deneq mas komala jagat menjadi raja selaparang, deneq mas komala desa sempopo dbawa ayahx deneq mas pengendengan menjadi k rembitan, setelah ayahx wafat deneq mas komala desa sempopo mendirikan kerajaan pejanggik,, waktu itu banjar getas masih sedulur dg tiga raja lombo ini, jd wafat arya banjar getas adalah d pulau lombok
Hapushilangnya raden arya satus ayah dari raden arya banjar getas bukti ketidak sinkronan antara versi2 yang ada.
BalasHapusdalam buku babad kediri(jawa timur) jelas-jelas menyebutkan nama arya satus yang diutus memimpin nusa tenggara,namun karna ekspedisi majapahit itu arya satus terbunuh.
dan menetap di kedaro(lombok barat,kedaro ini sendiri berasal dari kata kediri.
arya banjar getas sendiri dibawa oleh kerajaan demak untuk di islamkan (inilah awal pecahnya kerajaan-kerajaan di nusa tenggara)muncul selaparang dan lainnya.
namun setelah arya banjar getas dewasa dan dipulangkan oleh kerajaan dema(sudah islam) pihak kerajaan karang asem tidak menerima dengan baik karena cakranegara yang waktu itu sbagai sentral kerajaan mengetahui kabar tersebut.
disinilah migrasi kerajaan kedaro ke kediri (lombok barat
lalu setelah itu sejarah mulai membias,cakra dengan begitu banyak peninggalan kerajaan berbasis hindunya,sementara kediri dengan keislamannya.
Sekedar tambahan yang mungkin bisa jadi referensi sejarah
BalasHapushttp://amaqeza.blogspot.com/2008/01/sisi-laen-sejarah-lombok.html
kedatuan bayan ada di bayan, kedatuan lombok ada di pesisir lombok kedatuan pejangik di selatan dan kedatuan selaparang ada di tengah bagian lombok timur, pernah saya mempelajari dan mengkaitkan satu cerita dengan bukti-bukti ternyata kerajaan selaparang versi kedua(islam) itu di sembunyikan adanya karena (apabila orang selaparang tau jati dirinya maka di takutkan mereka akan sombong) ini alasannya.
BalasHapus1. Bangsa Bali menduduki pulau lombok Bukti ini benar adanya (di bagian barat (lombok barat) dihuni oleh orang2 bali lombok barat berdekatan dengan bali.
2. Bangsa sumbawa banyak di timur ini benar adanya (raja selaparang bersahabat dengan kerajaan disumbawa) hubungan mereka sangat baik karena perdagangan dan sepaham dengan ajaran agama.
dimana mana raja selaparang selalu di ikuti perajurit sumbawa... nah ... yang jadi misteri adalah desa Rumbuk, peringg sela, dan temanjor punya bahasa sama dan mempunyai kampung yang sama yaitu tanaq gadang. dan kampung ini pernah saya telusuri banyak keganjalan misteri di setiap desa ini pasti diikuti cikal bakal pasukan sumbawa. al hasil saya telusuri mengapa desa Rumbuk itu di bentengi oleh bangsa sumbawa ini di bagian timur, barat, selatan utara ada suku sumbawa. namun di telusuri di kampung tertua (tanaq gadang ini mangkunya menyembunyikan banyak sesuatu namun pusaka peninggalan tidak bisa di sembunyikan karena tersimpan di sini. saya penasaran sekali. suatu ketika kejadian perkawinan pernah mengungkapkan misteri atasnya drajat bangsawan kampung ini di keluarkannya BABAD yang membuat bangsa mempelai wanita (berasal dari sakra) bertekuk lutut.
ayooo tolong para pemegang babad berkumpul lah saya penasaran sekali keberadaan selaparang ini
Orang Sasak itu adalah manusia "endemik" ( sy pake kata itu untuk menunjukkan betapa Aslinya dan lamanya kita mendiami Pulau ini ) di pulau lombok hingga sumbawa dibagian barat, sejauh dimana imigrasi suku" ras melanis dan astro asia bermigarasi ribuan tahun yg lalu. Orang Jawa,Bali dan Nusantara lainnya pun demikian.
BalasHapusHubungan historis kita dengan jawa (majapahit) Bali ( kr.asem maupun Gelgel ) menandai dimulainya era sejarah orang Sasak- sebelum itu tidak ada. Kita belajar budaya jawa, bahasa jawa ( kawi ) sebelum kr.Asem datang, sebab Majapahit yg Jawa itu kita Anggap sebagai Bangsa berkebudayaan Superior Zaman itu. Negara Kertagama itu membuktikan bahwa kita Sangat ingin seperti Jawa itu - orang" majapahit datang ke Bali menaklukan Bali dan menjadi Meneer dimata Bali Age rakyat Pasung Giri. Seperti itulah..( Panjang skali analisa sy ini tentang Sasak, sy ngak bs teruskan tulis disini, ada bbm masuk kalo mau denger ne nomer sy 087846370969 salaaaamm
Jd sodara" Sasak dan Bali ato jg Jawa, ngak sah komen" yg ngak"- Budaya, peradaban kita sudah menjadi seperti hari ini, moyang kita sudah sepakat 68 tahun lalu sejak tulisan sy ini menjadi Indonesia.Sasak sekarang itu perlu menjadi identitas, jawa sekarang itu perlu menjadi identitas,Bali itu perlu menjadi identitas. Dan Kebersamaan itu perlu menjadi Indonesia. Sejarah yg saoudara" tau itu?? Ngak jelasss..penulisannya subjektif dan banyak kelemahan. Maklum orang pinter" dulu itu ngak sepinter hari ini. Perlu jd kajian tp bukan Kebanggaan primordial..
BalasHapusMenoooooo!!! Wasssalammm
Lucu, kita menulis seolah" peradabadan Majapahit,Bali,Lombok itu begitu ter-struktur. Majapahit mengkoloni daerah-daerah nusantara itu seperti abad mesin moderen,seperti kolonisasi Bangsa Eropa ke penjuru Bumi. Oke anggap lebih sederhana, tp apakah iya juga kalo kita bandingkan dengan Jenghis khan? ( Peradabannya bukan Militernya ) apalagi jauh-jauh zaman Darius Agung Persia itu?! 500 SM. Padahal Majapahit itu dengan patih Gajah Mada itu abad ke 13?. 3 abad sebelum mesin ditemukan memang, tp abad ke 19 di Bali perempuan-perempuan Bali masih bertelanjang dada tanpa busana! Apa iya?? Datu-datu, sulthan-sulthan, Raja-Raja yg disebut dalam babad itu dengan Militernya itu mempunyai wawasan Geopolitik,ekonomi dan budaya se sistemik itu? Apakah kita waktu itu sesungguhnya adalah kelompok-kelompok Nomaden seperti suku-suku di mongolia pra jenghiskan dan mencoba memulai menjadi masyarakat Agraris menetap, sebab kita waktu itu mempunyai seorang cendikia seperti Prapanca-Negara Kertagama?- Majapahit belajar itu, Bali belajar itu, Sasak memulai belajar itu.begitulah kira-kira keadaan Sasak pra Bali itu.kita belum mengenal Nasionalisme sebagai Sasak Nation ( Bangsa Sasak ), Orang Selaparang ya orang selaparang, Praya adalah Praya, dan seterusnya.kalo tidak?? Tidak mungkin kolonialisasi Bali kr.Asem itu berhasil. Sebagian kelompok-kelompok sub Sasak itu malah bersekutu. Persekutuan itu terjadi menurut saya adalah pilihan politik sub kelompok itu sendiri, mereka tidak mengenal Nasionalisme Sasak saat itu, baru pada ahir abad 19 Praya melakukan konsolidasi sub-sub itu dengan isyu Agama, sebab perkembangan Dakwah Islam di Lombok sudah Kuat saat itu. Praya (keturunan Arya Banjar Getas) itu menurut sy sejak awal memang sudah berfikir lebih maju dari semua sub Kelompok-kelompok Masyarakat Pulau Lombok. Tampil sebagai penggerak dan pemimpin gerakan pemberontakan terhadap Raja Bali Kr.Asem Lombok sehingga selanjutnya juga menjadi rujukan dalam masalah-masalah Budaya,Politik di Lombok pasca Bali dan Belanda dikemudian hari.Sy Bangga Sasak sebagai identitas diri dalam keberagaman Indonesia yg kaya ini. Tetapi saya menolak membagakan diri dalam feodalisme sekretarian. Usul saya adalah, kita orang Sasak berbenah diri, menjaga nilai-nilai luhur budaya. Mempelajarinya, mengambil yang baik darinya dan membuang yg tidak baik darinya, menerima dengan cerdas kemajuan dunia yg kita butuhkan. Demikian semoga kita semakin didepan..
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/keliru-kebiasaan-makan-buah-seperti-ini.html
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/kasihan-pada-orang-tua-bocah-pengidap.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.co.id/2017/12/waspada-5-makanan-ini-justru-bikin.html
Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
• AduQ
• BandarQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• FaceBook : @TaipanQQinfo
• WA :+62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Come & Join Us!!
Seharusx babad2 yg d aimpan itu keluarkan untuk mencari kebenaran sejarah,silahkan aslix tetap d pegang tapi copyx d serahkan
BalasHapusBabad wanasaba,kelayu,pancor,padamara,kktaraja,suralaga,sakra,tanjung...mana copy babadx keluarkan donk.
BalasHapusUntuk memastikan sejarah lombok,,,siapa anda ,aiapa saya..OK
.
Babad wanasaba,kelayu,pancor,padamara,kotaraja,suralaga,sakra,tanjung...mana copy babadx keluarkan donk.
BalasHapusUntuk memastikan sejarah lombok,,,siapa anda ,aiapa saya..OK
.